Sabtu, 21 September 2013

Paradigma Baru "Risiko Kesehatan & Lingkungan"

Problem Transportasi kota makassar harus segera ada solusi.Jika tidak mau makassar menjadi kota macet di tahun-tahun mendatang. Angka Stress pengguna jalan raya di kota makassar diprediksi sangat tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena kemacetan.

Kemacetan, adalah satu faktor yg menyebabkan emisi pencemar dari kendaraan bermotor mjd lebih tinggi dari keadaan normal. Misalnya, emisi timbal (Pb) dari bahan bakar kendaraan meningkat berkali lipat saat macet, dibandingkan saat arus lalu lintasnya normal

Timbal (Pb) yang banyak di udara, akan terhirup manusia & pengguna jalan. Dalam tubuh timbal terikat dengan Hb (Hemoglobin). Pb + Hb sangat potensial meningkatkan tekanan darah. Orang-orang menjadi mudah stress selama berkendara di jalan raya.

Bahan kimia di lingkungan, meski masih memenuhi ambang batas yang ditetapkan UU, tidak mutlak aman bagi kesehatan  Efek-efek yang merugikan kesehatan akibat adanya bahan pencemar di lingkungan bersifat terukur. Meski paradigma ini belum begitu populer. Tetapi, adanya zat asing di dalam jaringan tubuh, betapapun rendahnya, adalah bukti bahwa telah terjadi pajanan yang menyebabkan tubuh mengalami tekanan.

Penanganan masalah lingkungan dan kesehatan tidak boleh lagi hanya dengan pendekatan "disease oriented".
"disease oriented", ada kasus penyakit yang terjadi, baru kita memikirkan pengobatan dan peyelesaian masalahnya
.
Penanganan masalah kesehatan kita, juga sudah HARUS memulai mengarah pada pendekatan "agent oriented".  Ada bahan/zat yang memapari manusia, adalah masalah yang harus segera ditangani dan dicarikan solusinya, tanpa perlu menunggu terjadinya sakit terlebih dahulu.

Walau kadarnya rendah dan memenuhi nilai ambang batas menurut UU/PP, banyak faktor yang menyebabkan efek bahan kimia memberikan efek berbeda pada orang yang berbeda. Terutama faktor-faktor yang terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan "kerentanan" individu. Misalnya daya tahan tubuh, status gizi, umur, dan seterusnya.


Itulah sebabnya, menurut saya, nilai ambang batas suatu zat di lingkungan yang ditetapkan berdasarkan UU tidak memutlakkan bahwa zat tersebut aman bagi kesehatan manusia jika masih memenuhi nilai ambang batas yang ditetapkan. Belum lagi, tingkat kerentanan manusia akan semakin tinggi, akibat perubahan gaya hidup yang serba "manja", kurang olahraga dan status gizi yang kurang baik akibat konsumsi makanan "fast food".


Paradigma "agent oriented" sudah saatnya menjadi bagian dari pendekatan ilmiah yang bisa kita gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan dan kesehatan.

Jumat, 13 September 2013

Prakata : (Buku) Perspektif Analisis Risiko Lingkungan dan Kesehatan *)

*) Sedang Dalam Proses Percetakan
*) Penulis: Dr. Anwar Daud, SKM, M. Kes & Arif Atul Mahmudah Dullah, SKM, M.Kes
*) Email:arifatul.kesmasunhas@gmail.com

Gagasan yang melatarbelakangi penulisan buku ini adalah timbul dari hasil pengamatan penulis terhadap terus berkembangnya ilmu kesehatan lingkungan khususnya kajian tentang analisis risiko kesehatan, sehingga kami memandang perlu untuk memaparkan perspektif analisis risiko ini kepada para praktisi kesehatan khususnya di bidang kesehatan lingkungan.
Keberadaan bahan-bahan kimia di lingkungan dapat bermanfaat atau berbahaya bagi manusia tergantung pada banyak faktor, antara lain seberapa besar paparan yang terjadi pada manusia akibat bahan kimia tersebut. Keberadaan bahan kimia dalam kadar yang rendah terkadang tidak berbahaya bagi manusia atau bahkan bermanfaat bagi manusia. Sebaliknya, keberadaan bahan kimia dalam jumlah besar di lingkungan akan sangat membahayakan kesehatan manusia.
Keberadaan bahan-bahan pencemar di lingkungan dapat memapari manusia melalui tiga jalur paparan (pathway) yaitu Ingesti (gastrointestinal), paru-paru (inhalasi) dan dermal (kulit). Seseorang yang terpapar bahan kimia atau komponen lain yang berisiko pada kesehatan, banyak faktor yang akan mempengaruhi efeknya. Faktor-faktor tersebut adalah dosis, durasi paparan, dan melalui jalur apa kontak terjadi.
Efek-efek yang merugikan kesehatan akibat adanya bahan pencemar di lingkungan bersifat terukur, betapapun kecilnya perubahan yang terjadi harus dianggap sebagai ancaman kesehatan. Misalnya, setiap konsentrasi xenobiotik (zat asing) di dalam jaringan tubuh, betapapun rendahnya merupakan bukti bahwa telah terjadi pemajanan yang menyebabkan tubuh mengalami tekanan.
Efek kronis dari suatu bahan toksik dapat terjadi bila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologis, dan efek yang dihasilkan dapat bersifat irreversible karena sistem tidak mempunyai waktu yang cukup untuk pulih akibat bahan toksikan. Sehingga upaya untuk memperkirakan efek yang mungkin terjadi menjadi satu hal yang penting agar upaya pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin dan buku ini berupaya menghadirkan perspektif analisis risiko lingkungan dan kesehatan ini agar dapat dipahami dengan baik.
Demikianlah semoga buku ini dapat memberikan kemanfaatan yang besar bagi bidang kesehatan dan masyarakat secara keseluruhan.


Makassar, Juli 2013


Penulis